Saturday, May 3, 2008

Sawit, nilai ekonomi, dan kompetisi manfaat

Kalimantan Timur merupakan propinsi yang tengah mengupayakan mengubah hidup dan nasib masyarakat menjadi lebih makmur dan sejahtera melalui pengembangan berbagai komoditas perkebunan, antara lain sawit. Hal ini sesungguhnya telah berlangsung sejak tahun 1980-an, dimulai di Kabupaten Paser. Saat ini, kebun sawit telah terhampar, mulai dari Nunukan di Utara, Bulungan, Berau, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, hingga Pasir di Selatan.

Produk utama pohon kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Minyak kelapa sawit adalah bahan untuk pembuatan : mentega, minyak goreng dan kue/biskuit, bahan industri tekstil, farmasi, kosmetika, gliserin, sabun, deterjen, pomade, dan sebagai bahan biofuel.

Ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kaliun dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Ampas inti sawit (bungkil) digunakan untuk makanan ternak, sedangkan batang dan pelepah daun merupakan bahan pembuat particle board.

Keluarnya Inpres No. 1/2006 mengenai Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar disambut baik oleh kalangan pengusaha swasta, BUMN serta perbankan untuk terjun dalam bisnis ini. Potensi pengembangan energi alternatif seperti biofuel/diesel di Indonesia sangatlah besar, dimana kebutuhan bahan bakar minyak baik untuk kepentingan industri maupun individu memiliki kecenderungan terus mengalami peningkatan. Selain itu, elastisitas permintaan energi seperti BBM ataupun listrik bersifat inelastis. Artinya kenaikan harga tidak banyak mempengaruhi penurunan permintaan. Hal ini terbukti, walaupun pemerintah selama tahun 2005 menaikkan harga BBM sebanyak 2 kali dengan kenaikan lebih dari 100%, permintaan akan bahan bakar tidak mengalami penurunan yang berarti. Saat ini, di tahun 2008, harga minyak mentah sudah gila-gilaan, dan masyarakat terpukul karenanya.

Keterpukulan masyarakat, bukan saja karena semakin mahalnya harga BBM, tapi juga karena barang-barang kebutuhan pokok sering menghilang dari pasaran, seperti minyak goreng, yang notabene berbahan baku CPO dari sawit. Permasalahannya adalah, bagaimana kompetisi manfaat ini dapat disikapi masyarakat, sebab masyarakat tidak mengerti mengenai substitusi, perdagangan internasional, maupun permasalahan ekonomi mikro dan makro, yang mereka tahu, adalah kebutuhan hari ini harus dpenuhi.

No comments: