Sunday, February 18, 2007

Metode sampling

Populasi, Sampel/contoh, dan Teknik Sampling



E.A.Syaifudin

Kerja meneliti adalah upaya menyingkap sifat-sifat populasi. Populasi dapat berwujud sekumpulan benda, ataupun sekumpulan makhluk hidup, yang sifat-sifatnya ingin digambarkan dalam bingkai masalahnya. Misalkan, kecepatan memangsa (predasi) Eocanthecona furcellata terhadap Tosea asigna akibat penambahan pakan. Adalah sangat sulit untuk mengamati perubahan perilaku predator dan mangsa di alam, sehingga diperlukan upaya melakukan tiruan alami keadaan alam dalam bentuk yang kecil. Langkah yang dapat ditempuh misalnya melakukan rearing dalam kurungan dan memberi pakan sesuai dengan perlakuan. Hal ini disebut sampling (penarikan contoh) atas populasi. Proses penarikan contoh diupayakan sedemikian rupa, karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Umumnya contoh lebih disederhanakan dari populasinya. Akibat penyederhanaan itu, banyak sifat populasi yang tidak dapat diakomodasi dalam contoh. Ini mengacu pada besaran yang disebut galat, yaitu suatu sifat yang muncul, walaupun tidak dirancang. Dalam hal percobaan kecepatan memangsa di atas, galat yang mungkin muncul bolehjadi akibat rasio gender, umur predator, kecocokan terhadap pakan tambahan, dan lain sebagainya.

Untuk mendapatkan sejumlah benda atau sekumpulan makhluk hidup sebagai contoh dari populasi, diperlukan teknik menarik contoh (teknik sampling). Penelitian ilmiah hampir selalu melakukan observasi hanya pada sampel (contoh), dan kemudian menggambarkannya dalam kesimpulan sebagai sifat populasi, kecuali jika penelitinya memiliki waktu, tenaga, dan biaya yang memadai, atau jumlah anggota populasi terbatas. Agar sampel yang ditarik representatif maka diperlukan empat parameter yaitu : variabilitas populasi, besar sampel, teknik penentuan sampel, dan kecermatan memasukkan ciri – ciri populasi. Dikenal teknik penarikan contoh[1] acak sederhana (simple random sampling), penarikan contoh acak berlapis/strrata (stratified random sampling), dan penarikan contoh acak bersistem (systematic random sampling). Penarikan contoh acak sederhana: Misalkan, ada 100 pekebun kopi. Ingin diketahui rata-rata produksi, ragam contoh, simpangan baku, dan variasi produksinya. Sampel diambil 10% dari populasi, dan hanya 10 orang petani yang akan menjadi contoh. Untuk itu, setiap petani diberi nomor. Melalui pengundian, atau menggunakan tabel angka acak dapat dipilih 10 di antara 100 petani pekebun kopi. Penggunaan teknik ini terandalkan jika keadaan 100 orang petani pekebun itu homogen, misalnya semua menanam kopi robusta, atau semua kebun berada pada ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Andai, terdapat 46 orang menanam kopi robusta, dan sisanya, 54 orang menanam kopi arabika, maka keadaannya tidak homogen lagi, sehingga teknik penarikan contoh acak sederhana tidak andal. Untuk itu digunakan teknik penarikan contoh acak berlapis/strata. Diambil 10% dari 46 orang, didapatkan 5 orang contoh dari strata kopi robusta, dan diambil 10% dari 54 orang, diperoleh 5 orang contoh dari strata kopi arabika. Selanjutnya, pengamatan populasi dilakukan hanya pada 10 orang contoh ini. Penarikan contoh bersistem merupakan pengembangan contoh acak sederhana, dimana pengambilan nomor contoh didasarkan pada suatu interval sistem. Pengacakan hanya dilakukan untuk mendapatkan siapa yang menjadi contoh pertama, selanjutnya dipilih berdasarkan interval. Misalnya, contoh pertama adalah petani nomor 4. Misalkan interval ditetapkan (bersistem) 5, maka nomor berikutnya berturut–turut adalah 9, 14, 19, 24, 29, 34, 39, 44, dan 49.



[1]) Hitam, H. 1980. Dasar-dasar teori dan penggunaan teknik pengambilan contoh dalam inventarisasi hutan. Pradnya Paramita, Jakarta. 128 p.

No comments: