Sunday, February 25, 2007

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Encik Akhmad Syaifudin

PENDAHULUAN

Pengalaman selama bertahun-tahun menjadi tenaga edukatif di perguruan tinggi menunjukkan adanya ketidak-seimbangan dalam menyikapi tugas yang diemban berupa Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bahwa pelaksanaan tugas dalam bidang pengajaran menjadi lebih dominan dibanding pelaksanaan tugas-tugas lainnya, seperti meneliti dan mengabdikan ilmu kepada masyarakat. Sebuah kenyataan adalah sedikit sekali artikel ilmiah yang dipublikasikan dari staf edukatif perguruan tinggi di Indonesia. Mengapa menulis artikel ilmiah sulit dilaksanakan? Jawabnya mungkin bermacam-macam, tergantung dari sudut pandang atau alasan masing-masing pribadi. Kesulitannya mungkin terletak pada penemuan ide/masalah tulisan, atau pada masalah klasik yaitu tidak tersedia waktu yang cukup

Pada dasarnya, karya ilmiah lahir dari penelitian ilmiah, maupun hasil sebuah produk berpikir ilmiah yang berpangkal pada adanya ide/masalah ilmiah yang menarik perhatian peneliti yang memerlukan pemecahan. Dalam hal ini penalaran merupakan alat penting, sebagai sebuah proses memecahkan masalah dan menyimpulkan proposisi baru yang sebelumnya belum atau tidak diketahui berdasarkan proposisi-proposisi lama yang diketahui dan dianggap benar. Pemecahan masalah itu akan memberikan kepuasan batin bagi peneliti, dan memberi manfaat bagi masyarakat. Menurut Suparno (2002), secara umum prosedur teknis menyusun artikel ilmiah meliputi pengembangan gagasan, perencanaan naskah, pengembangan paragraf, penulisan draft, dan, finalisasi.

PENGEMBANGAN GAGASAN

Artikel ilmiah merupakan produk berpikir ilmiah. Umumnya gagasan sebuah artikel ilmiah lahir dari sebuah penelitian ilmiah, namun dapat pula berasal dari hasil pemikiran konseptual. Sebuah usulan penelitian merupakan panduan baku bagi seseorang melakukan kerja penelitian, namun, dalam pelaksanaannya peneliti harus memperhatikan hal sekecil apapun, karena mungkin saja hal yang justru dianggap kecil adalah sebuah faktor kunci. Demikian pula, hal ini berlaku bagi setiap penulis artikel ilmiah, agar senantiasa memperhatikan hal-hal yang kecil dalam mengembangkan gagasan.

Kualitas artikel ilmiah dapat dilihat dari bobot masalah yang diangkat menjadi sumber gagasan. Bobot ini nilainya relatif antar bidang ilmu, sehingga mungkin terdapat persepsi berbeda antara penggagas dan penyunting tentang bobot masalah suatu artikel. Oleh sebab itulah maka jurnal dalam bentuk bunga rampai artikel ilmiah kurang mendapat apresiasi, khususnya di lingkungan pendidikan tinggi. Dapat dikemukan suatu contoh, seorang ahli benih merasakan besarnya bobot keilmiahan pengujian kecambah benih suatu tanaman, akan tetapi ahli lain yang bukan berasal dari bidang yang sama tidak dapat merasakannya. Kualitas gagasan juga dapat dilihat dari sisi kepentingan/makna masalah itu. Hal ini pun bernilai relatif, sehingga memerlukan ahli sebidang untuk menilai kepentingan itu. Prinsip yang penting dari artikel adalah keaslian masalahnya. Nilai etika ilmiah suatu masalah terletak pada gagasan yang orisinal penelitinya, yang dikemukakan dengan menunjukkan perbedaan masalah yang dikajinya dengan masalah yang dirumuskan para peneliti sebelumnya. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan masalah, perbedaan metode pendekatan, maupun perbedaan teknik pelaksanaan. Karya ilmiah dalam bentuk skripsi, tesis, maupun disertasi saat ini untuk beberapa perguruan tinggi tertentu telah dilengkapi pernyataan peneliti tentang orisinalitasnya.

Prinsip resensi dan relevansi turut menentukan kualitas sebuah artikel ilmiah. Prinsip resensi merujuk kepada kebaruan dan kemutakhiran masalah, yang menandakan bahwa peneliti memiliki waktu yang cukup untuk melihat perkembangan bidang ilmu yang digelutinya. Namun jangan dilupakan bahwa perkembangan itu harus seimbang, ibarat tajuk pohon berkembang ke atas, dan perakaran berkembang ke bawah. Ini merujuk kepada prinsip relevansi, yaitu kesesuaian masalah itu dalam penerapannya di lapangan. Hal yang harus dihindari yaitu menumpuknya hasil-hasil penelitian menjadi penunggu lemari pustaka, belum dapat diaplikasikan di lapangan karena kendala metodologis atau teknis.

Menggarap gagasan menuntut penulis mendalami masalah. Kedalaman ini menunjukkan intensitas penulis mengkaji masalah dan mencari jawaban atas masalahnya. Pendalaman ini melibatkan identifikasi sistem masalah, komparasi sistem masalah tersebut dengan sistem masalah lainnya, dan pendalaman sistem masalah menjadi subsistem. Jika sebuah aretikel dipandang sebagai sebuah sistem masalah, maka kedalaman garapannya ditunjukkan dengan bagaimana penulis mengidentifikasi masalah dan menyusun hipotesis, membandingkan masalah yang dipilihnya dengan temuan-temuan sebelumnya, serta merinci uraian artikelnya menjadi subartikel, hingga pengembangan pada tingkat alinea/paragraf.

PERENCANAAN PENULISAN NASKAH

Pada dasarnya perencanaan naskah merupakan penyusunan kerangka artikel. Sistematika kerangka artikel ilmiah hasil pemikiran terdiri atas Judul, Nama Penulis, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan, Bagian Inti, Penutup, Daftar Acuan, dan Lampiran (jika ada). Sistematika kerangka artikel ilmiah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Acuan, dan Lampiran (jika ada).

Umumnya pengembangan gagasan dimulai di pendahuluan. Di bagian ini harus nampak identifikasi dan rumusan masalah dan rumusan hipotesis, peluang penyelesaian masalah, kedudukan masalah dalam perkembangan ilmu, nilai strategis dan praktis masalah, serta pembekalan kepada pembaca untuk memahami bagian selanjutnya dari artikel itu. Kedalaman penggarapan artikel dapat dilihat pada bagian inti (pada artikel hasil pemikiran), atau bagian hasil dan pembahasan (pada artikel hasil penelitian). Penulis harus memberikan perhatian lebih pada bagian pendahuluan serta bagian inti atau bagian hasil dan pembahasan, dibandingkan bagian-bagian lainnya dari artikel, karena pada kedua bagian ini nampak kualitas bangun pemikiran artikel itu. Untuk itu, diperlukan perencanaan yang matang dalam menggarap dua bagian. Kerangka artikel yang belum dikembangkan berisi komponen utama yang masih bersifat umum. Pengembangan bagian-bagian menjadi subbagian merupakan perencanaan pengembangan pada tingkat bagian, misalnya pada pendahuluan dikembangkan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, uraian tentang perkembangan masalah, tujuan, serta aplikasi dan kontribusi ilmiahnya. Secara teknis pengembangan ini dapat diwujudkan dalam bentuk subbagian, atau sebagai alinea/paragraf artikel, tergantung petunjuk teknis majalah ilmiah yang bersangkutan.

Perencanaan isi artikel harus sampai pada uraian yang khas untuk setiap subbagian artikel. Semakin khas butir-butir isi bagian artikel akan semakin baik perencanaan isi artikel itu. Ini dapat dilihat dari adanya unsur pokok yang khas bagian artikel itu.

Nazir (1988) menyebutkan langkah-langkah pengembangan gagasan sebagai berikut:

1. Buat rencana tulisan sesederhana mungkin

2. Atur topik-topik dalam urutan yang logis dan mudah dibaca

3. Kembangkan dengan memberi judul, subjudul, bagian, dan subbagian masing-masing

4. Atur kembali rencana itu dengan pengaturan tpik-topik yang ingin dianalisis dengan pengaturan yang lebih efektif dan rasional

5. Mulailah menulis

PERENCANAAN FORMAT DAN TEKNIK PENULISAN

Dikenal ada format umum, yaitu realisasi konvensi format yang berlaku umum. Format umum dapat dilihat pada sistematika artikel, teknik penulisan (teknik mengacu/merujuk dan teknik penampakan tekstual dan visual), dan teknik pengetikan. Selain itu dikenal pula format gaya selingkung, yang menjadi penciri masing-masing majalah ilmiah (Suparno, 2002). Perencanaan format mengandung pengertian ketaatan pada petunjuk teknis. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang jelas bagi penulis untuk mengerti tentang hal-hal yang sangat teknis sebelum menulis dan mengirimkan hasil tulisannya ke majalah ilmiah.

Selain format umum dan format gaya selingkung, dikenal pula format esai dan format enumeratif pada tulisan artikel. Sebuah alinea/paragraf yang memiliki subalinea dapat disenarai dan ditulis dalam format esay maupun format enumeratif. Contoh berikut adalah komparasi format esay dan enumeratif.

Format enumeratif

Kobayashi (1984) pointed out that the beginning of general epidemics of leaf blast not the beginning of focal epidemics, should be considered the onset of a leaf blast epidemic in a district. Characteristics of general epidemic are

· Solitary lesions appearing at the same leaf position on plant, with similar size and color

· The distribution pattern of the lesion in the field is such that the Poisson distributioncannot be rejected

· Lesion density averaging 1.000/ha, with a range of 300-2.000/ha

(Kobayashi, J. (1984). Studies on epidemic of rice leaf blast, Pyricularia oryzae Cav., in its early stage. [in Japanese, English summary]. Bull. Akita Agric. Exp. Stn. 26:1-84)

Format esay

Kobayashi (1984) pointed out that the beginning of general epidemics of leaf blast not the beginning of focal epidemics, should be considered the onset of a leaf blast epidemic in a district. Characteristics of general epidemic are solitary lesions appearing at the same leaf position on plant, with similar size and color; the distribution pattern of the lesion in the field is such that the Poisson distributioncannot be rejected; lesion density averaging 1.000/ha, with a range of 300-2.000/ha.

PERENCANAAN BAHASA

Naskah artikel yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia ditulis dalam ragam bahasa Indonesia ilmiah. Ragam ini bersifat jelas dan akurat dan menghindari ungkapan yang berlebihan.

Pada tahap pertama menulis artikel ilmiah peneliti tidak perlu terlalu menekankan perhatian pada ragam bahasa yang digunakan, melainkan pada semua aspek penelitian yang terlibat. Menurut Johanes (1981) dan Moeliono (1989) dalam Suparno (2002) ciri-ciri ragam bahasa ilmiah adalah :

1. Nada ragam bahasa ilmiah bersifat formal dan objektif

2. Lazim digunakan titik pandang orang ketiga dan ragam pasif

3. Titik pandang nahu (gramatik) bersifat konsisten

4. Ragam bahasa ilmiah berbeda dengan ragam bahasa sastra dalam hal digunakannya istilah-istilah khusus yang diberi makna khusus sehingga kata yang sama dalam ragam bahsa ilmiah dan dalam ragam bahasa umum dapat berbeda arti.

5. Formalitas ragam ilmiah resmi

6. Wacana bersifat paparan

7. Gagasan diungkapkan dengan lengkap, jelas, ringkas, dan tepat

8. Menghindari unsur bahasa yang usang, kolot dan basi

9. Menghindari penggunaan ungkapan yang ekstrem dan emosional

10. Menghindari kata-kata yang mubazir

11. Bersifat moderat

12. Panjang kalimat ragam bahasa ilmiah sedang

13. Penggunaan majas dalam bahasa ilmiah sangat terbatas

14. Lazim dilengkapi dengan gambar, diagram, peta, dan tabel.

15. Utamakan penggunaan unsur mekanis secara tepat seperti huruf, tanda-tanda baca, lambang bidang ilmu, singkatan dan rujukan/acuan.

Penulisan artikel dalam bahasa Inggris tentu saja melibatkan berbagai aspek tata bahasa Inggris yang secara resmi digunakan dalam laporan ilmiah.

PENGEMBANGAN ALINEA/PARAGRAF

Alinea/Paragraf merupakan satuan teks terkecil yang berisi satu gagasan dasar. Dalam artikel ilmiah, isi paragraf terdiri atas gagasan dasar dan (sejumlah) gagasan pengembang/pendukung. Gagasan dasar dikemukakan dalam kalimat topik, sedangkan gagasan pengembang/ pendukung dikemukakan dalam sejumlah kalimat pengembang. Hindari menggunakan satu kalimat untuk satu paragraf (Suparno, 2002). Contoh berikut menyajikan paragraf yang memenuhi syarat pengembangan, utuh, padu.

Masyarakat masih banyak yang belum tahu benar apa arti keanekaragaman hayati. Dengan singkat dan sederhana kenaekaragaman hayati dapat diartikan sebgaai berjenis makhluk hidup yang ada. Menurut definisi ini manusia sebenarnya masuk sebagai bagian keanekaragaman hayati. Namun karena manusia memandang dirinya di luar lingkungan hidup alamnya, manusia menganggap dirinya bukan bagian keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati itu dianggap sebagai kekayaan atau sumber daya yang dimilikinya dan digunakan nya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sikap ini nampak jelas dari ungkapan “hewan dan tumbuhan liar”, yaitu hewan dan tumbuhan yang belum dibudidayakan.

(Soemarwoto, O. 2004. Atur Diri Sendiri. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta. 264 p)

Dalam keadaan stabil, baik ditinjau dari keanekaragaman hayati, maupun kesuburan tanah, terdapat keseimbangan antara predator dan mangsa, serta antara inang dan parasit. Namun, sebagaimana yang telah disebutkan, tanaman budidaya tidak memberikan hasil yang optimum bila tumbuh dalam keadaan seperti itu, sebab terlampau besar hajat manusia akan hasil tanaman. Dengan demikian tanaman harus dibudidayakan di lingkungan pertanaman.

(Syaifudin, E.A. 2005. Ketahanan Tanaman, Tinjauan Ekologi dan Ekonomi Sumberdaya. Makalah Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas dalam Penanganan Daerah Penyangga Produksi. Ditperlintan Deptan RI. 8 p)

Sebagai contoh kasus sistem pertanian di daerah Krui (lampung) yang secara umum merupakan gabungan yang saling mendukung antara pertanian lahan basah (khususnya sawah) dengan lahan kering (sistem wanatani damar). Sampai batas-batas tertentu keberadaan sawah punya andil terhadap keberlanjutan wanatani damar, karena alokasi waktu yang dicurahkan untuk mengelola sawah akan mengurangi tekanan untuk mengeksploitasi hasil repong damar. Data-data empirik menunjukkan bahwa kegiatankegiatan produktif di repong damar berkurang selama musim panen padi.

(Saad, A. ? Agroforestry sebagai salah satu alternatif pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia. Tersedia pada website :http/www.rudyct.tripod.com)

Fusarium wilt of banana is a significant problem to the Australian banana industry. Foc is a very diverse pathogen. Strains of Foc are currently classified into physiological races based on host specificity as observed in the field, however this racial structure does not adequately represent the genetic and pathogenic variation within the pathogen. Vegetative compatibility and DNA fingerprinting analyses have been used to identify vegetative compatibility groups (VCGs) and genotypes, respectively, within each race of Foc. At present, only nine of the 33 different genotypes of Foc that have been identified globally have been found in Australia. Nearly all of the diversity within Foc has been identified in Asia, and our proximity to South-East Asia presents considerable risk of introduction of new strains of Foc. Several outbreaks of the 'tropical' race 4 strain of fusarium wilt, widespread throughout Indonesia and Malaysia, have recently occurred in Darwin. These have been contained by quarantine measures.

(Co-operative Research Centre for Tropical Plant Protection)

PENULISAN DRAF

Menulis draf adalah kegiatan mengisi semua kerangka artikel, pada setiap alinea/paragraf dengan kalimat untuk pertama kali. Tulislah sesuatu dengan jelas, dan berhati-hati dalam menggunakan terminologi. Artikel dalam bentuk draf memiliki kekurangan, kesalahan, dan ketidak-tepatan di sana sini. Lakukan perbaikan dengan memeriksa konsistensi bagian, subbagian, hingga ke paragraf, perbaiki kalimat dengan memperjelas makna, membuat perampingan kalimat, menghilangkan ulangan kata yang tidak perlu, memperhatikan tanda dan kata penghubung, memperhatikan tanda-tanda baca, memperbaiki ragam bahasa, menghilangkan pernyataan yang berlebihan, serta mengurangi jumlah halaman. hal yang sangat teknis sebelum menulis dan mengirimkan hasil tulisannya ke majalah ilmiah.

Pada revisi pertama perhatian diarahkan kepada konsistensi dalam peletakan isi pada bagian, subbagian, paragaf hingga subparagraf. Hal ini secara teknis cukup mudah dilakukan dengan penggunaan peralatan komputer, namun terdapat perbedaan ketelitian pembacaan di naskah tercetak dengan di layar monitor. Untuk itu pembacaan dilakukan pada dua bentuk teks, yaitu pembacaan naskah tercetak dan naskah pada layar monitor. Revisi yang kedua diarahkan pada kalimat. Hendaklah perhatian ditujukan pada struktur kalimat yaitu subjek, dan predikat, serta dilengkapi dengan objek dan keterangan.

Ungkapan gagasan dalam draf dapat dibuat beragam, yaitu dengan menampilkan bentuk tekstual, dan/atau bentuk visual. Tampilan visual dalam hal ini tetap saja berfungsi melengkapi tampilan tekstual sehingga untuk setiap tampilan visual selalu diacu dalam teks.

FINALISASI

Apabila naskah telah selesai ditulis, artinya naskah itu siap direview oleh para mitra bestari (peer reviewer). Anda berkewajiban mengusulkan siapa ahli yang anda harapkan untuk mereview artikel anda. Menurut Abdullah (2004), sebaiknya anda mengusulkan salah seorang ahli yang artikelnya anda kutip sebagai acuan artikel anda itu kepada tim editor untuk menjadi reviewer naskah anda.

Yang juga penting menjadi pertimbangan dalam finalisasi adalah penyediaan dana untuk pencetakan/penerbitan. Majalah ilmiah yang terakreditasi umumnya menuntut bayaran untuk artikel yang diterbitkan dalam jurnal. Besar dana yang harus disetor untuk jurnal di luar negeri berkisar US $ 70 – 1000, sementara di Indonesia belum ada informasi kisaran besarnya. Namun, ada pula yang tidak memungut biaya. Untuk itu, anda perlu mencari sebanyak-banyaknya informasi, ke majalah ilmiah mana anda harus mengirim naskah artikel anda, tanpa harus membayar, dan tetap mendapat apresiasi angka kredit yang optimum dari tim penilai angka kredit.

PENUTUP

Materi dalam makalah ini merupakan sebuah pembuka, dan pengantar diskusi. Kemampuan yang anda tunjukkan dengan keberhasilan masuknya artikel anda pada majalah ilmiah merupakan hasil usaha anda. Kata kunci untuk hal ini yaitu ulet , sabar, dan teliti. Semoga anda berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2004. Menembus Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional. Gramedia. Jakarta.

Kobayashi, J. (1984). Studies on epidemic of rice leaf blast, Pyricularia oryzae Cav., in its early stage. [in Japanese, English summary]. Bull. Akita Agric. Exp. Stn. 26:1-84

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. 622 p.

Suparno. 2002. Langkah-langkah Penulisan Artikel Ilmiah dalam dalam H.A.Syaukah dan M.G. Waseso. (ed). Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Univ. Negeri Malang. p 29-43.

Saad, A. ? Agroforestry sebagai salah satu alternatif pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia. website : http//www.rudyct.tripod.com

Soemarwoto, O. 2004. Atur Diri Sendiri. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta. 264 p

Syaifudin, E.A. 2005. Ketahanan Tanaman, Tinjauan Ekologi dan Ekonomi Sumberdaya. Makalah Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas dalam Penanganan Daerah Penyangga Produksi. Ditperlintan Deptan RI. 8 p



1) Disajikan untuk pelatihan metode penulisan majalah ilmiah ilmiah bagi dosen PTS se Kalbar dan Kaltim, diselenggarakan oleh Kopertis Wil. Kalimantan pada tgl 23 Agustus 2005 di Balikpapan.

[2]) Program Magister Pertanian Universitas Mulawarman, Jl. Tanah Grogot no 1. Kampus Unmul Gunung Kelua Samarinda 75123. Telpon/faximile : +62541749313, e-mail: rice_blast@plasa.com

No comments: