Monday, February 19, 2007

TINJAUAN REAKSI BEBERAPA KULTIVAR LOKAL PADI (Oryza sativa L.) LAHAN DARAT TERHADAP PERSAINGAN BEBERAPA SPESIES GULMA

E.A.SYAIFUDIN1)

1) PS. IHPT Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

Jl. Pasir Belengkong Kampus Unmul Gunung Kelua, Samarinda

ABSTRAK

Empat set percobaan rumah kaca telah dilaksanakan untuk mempelajari ketahanan beberapa kultivar lokal padi (O.sativa) lahan darat terhadap persangan beberapa spesies gulma. Sepuluh perlakuan kultivar padi disusun dalam rancangan acak kelompok dan masing-masing diulang tiga kali. Set pertama disaingkan dengan Imperata cylindrica, set kedua disaingkan dengan Ageratum conyzoides, set ketiga disaingkan dengan Eleusine indica, dan set keempat disaingkan dengan Echinochloa crus-galli. Berdasarkan hasil gabah kering padi, terdapat masing-masing tiga kelompok ketahanan padi yang bersaing dengan I. cylindrica, A. conyzoides, dan E. indica, dan lima kelompok ketahanan karena persaingan dengan E. crus-galli.

ABSTRACT

Four sets of greenhouse experiments was conducted to study the resistance of some upland rice (O. sativa) cultivars on the competition of some weed species. Ten treatments of rice cultivars were arranged under the randomized completely block design and replicated three times, respectively. The first set were competed with I. cylindrica, the second one with A. conyzoides, the thrid one with E. indica, and the fourth one with E. crus-galli. Based on the rice production, there were three resistance group of rice which competed to I. cylindrica, A. conyzoides, and E. indica, and five group of resistance which competed with E. crus-galli.

I. Pendahuluan

Melimpahnya jenis dan populasi gulma pada pertanaman padi di lahan darat menjadi salah satu faktor pembatas produksi padi. Pada kenyataannya, akibat keterbatasan tenaga kerja untuk pengendalian gulma di lapangan, banyak pertanaman padi kultivar lokal yang berasosiasi dengan gulma. Kehadiran gulma pada pertanaman padi menimbulkan masalah secara langsung, yaitu kompetisi antara padi dengan gulma untuk memperoleh air, unsur hara, dan radiasi matahari, dan secara tidak langsung gulma berpengaruh buruk karena dapat meningkatkan kelembaban lingkungan pertumbuhan padi serta dapat menjadi inang bagi hama dan patogen tertentu.

Ditinjau dari segi sosial budaya masyarakat serta luas lahan yang tersedia, pengembangan tanaman padi (Oryza sati­va. L) lahan darat di Kalimantan Timur sangat tepat. Hal itu dapat dimaklumi karena secara tradisional suku ‑ suku asli di Kalimantan Timur telah turun temurun mempraktik­kannya. Menurut catatan BPS (1999), di Indonesia terdapat 4,51 juta ha pertanaman padi lahan darat, dengan hasil rata-rara 2,2 ton ha-1, sementara hasil padi sawah rata-rata 4,70 ton ha-1. Di Kalimantan Timur, menurut BAPPEDA BPS Kaltim (2001), terdapat 52.466 ha lahan darat aktual untuk pertanaman padi gogo dengan rata - rata hasil hingga tahun 2000 sebesar 2,17 ton ha-1. Hasil yang rendah itu diduga akibat kurang intensifnya pengelolaan gulma dan jasad pengganggu lainnya seperti hama dan patogen.

Umumnya budidaya padi lahan darat berada di luar Jawa yang sedikit sekali tersentuh oleh masukan teknologi seperti benih unggul, pemupukan, dan pengelolaan organisme pengganggu tanaman seperti gulma, hama, dan patogen. Pada umumnya padi yang dibudidayakan merupakan kultivar lokal yang berumur dalam yang menghasilkan beras dengan rasa nasi enak, aroma yang wangi, dan disukai masyarakat sehingga ditanam turun temurun. Hal ini sesungguhnya merupakan suatu keadaan yang kondusif, sebab, selama ini budidaya padi khususnya padi sawah telah disentuh dengan masukan teknologi seperti benih unggul, pemupukan, pengairan, pengelolaan hama, penyakit, dan gulma, pengolahan tanah, yang kesemuanya itu merupakan paket pada era revolus hijau. Pada era itu kearifan pertanian lokal telah dimarjinalkan, misalnya diabaikannya pengetahuan dan sistem pertanian tradisional yang penting bagi pertanian berkelanjutan, yang berdampak pada terjadinya erosi keanekargaman hayati pertanian serta menyebabkan matinya kreativitas dan kebebasan petani seta hilangya lembaga ekoomi lokal. Petani semata-mata dijadikan alat produksi dan alat pemerintah untuk mencapai target pemerintah (Damayanti, 2000 dalam Abdullah, 2002), sementara telah terjadi konversi lahan pertanian beririgasi teknis 50.000 hektar per tahun ke sektor non pertanian (Harsono, 1995 dalam Abdullah, 2002) sehingga pengembangan padi lahan darat dirasa semakin penting.

Di Kalimantan Timur, diperkirakan terdapat lebih dari 300 kultivar padi lokal. Hal ini sangat berarti baik untuk tujuan pemuliaan, maupun untuk pengembangan. Beberapa di antaranya telah diuji poteni hasilnya, baik dalam skala rumah kaca maupun skala pengembangan. Untuk tujuan mengetahui ketahanan kultivar padi lokal bersaing dengan beberapa spesies gulma maka dilakukanlah empa set percobaan ini.

II. Bahan dan Metode

Percobaan dilakukan pada Januari hingga Agustus 2004, di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Empat set percobaan ini dirancang dengan rancangan acak kelompok (RAK), dengan sepuluh kultivar padi lahan darat sebagai perlakuan, dan masing – masing diulang tiga kali. Set pertama adalah persaingan Imperata cylindrica dengan padi kultivar Jambu Putih, Sangkit Merah, Rumbia, Sanuk, Pandan Wangi, Pora, Serkap Putih, Pandan Putih, Tiloi, dan Terang Bulan. Set Ke dua adalah persaingan Ageratum conyzoides dengan padi kultivar Jambu Putih, Sangkit Merah, Rumbia, Sanuk, Pandan Wangi, Pora, Serkap Putih, Tiloi, Pandan Putih, dan Terang Bulan. Set ketiga adalah persaingan Eleusine indica dengan padi kultivar Jambu Putih, Sangkit Merah, Rumbia, Sanuk, Pandan Wangi, Pora, Serkap Putih, Pandan Putih, Tiloi, dan Terang Bulan. Set Ke empat adalah persaingan Echinochloa crus-galli dengan padi kultivar Jahri, Rimba, Terang Bulan, Sebakung, Basut, Abang, Lani, Ikal, Keriting, dan Ketan Gunung. Teknik analisis varian digunakan untuk analisis data, serta dilanjutkan dengan uji gerombol untuk melihat ketahanan padi bersaing dengan gulma. Data yang dikumpulkan adalah data hasil per tanaman.

Untuk mendapatkan bibit yang seragam dilakukan penyemaian benih. Benih direndam dalam larutan abu gosok, dimana benih yang tenggelam diambil untuk disemai dan yang timbul tidak diambil. Benih disemai pada tanah lembab yang diletakkan dalam polybag. Pada umur 20 hari (stadia daun dua) dilakukan penanaman pada tanah dalam polybag. Untuk gulma diilakukan pengumpulan anakan yang besarnya seragam. Sementara menunggu semai, dilakukan persiapan tanah. Lima belas kilogram tanah lahan darat kering udara yang telah diayak ditimbang dan dimasukkan ke dalam polybag, kemudian diberikan pupuk dasar dengan dosis 200 kg ha-1 Urea, 75 kg ha-1 SP-36, dan 50 kg ha-1 KCl pada persiapan tanah, dan 6 minggu setelah tanam. Penanaman dilakukan dengan menanam satu bibit padi dan satu bibit gulma. Pada tanaman dilakukan penyiraman dan penyulaman serta penyiangan bilamana diperlukan. Panen dilakukan jika telah terlihat tanda-tanda tanaman sudah cukup tua (senescence), yaitu daun padi menguning, tangkai malai sudah merunduk, gabah telah bernas dan keras, dan warna gabah telah kuning kecoklatan.

III. Hasil dan Pembahasan

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa respons kultivar-kultivar padi sangat bervariasi terhadap kehadiran gulma tersebut. Tabel 1, 2, 3, dan 4, masing - masing menunjukkan pengaruh Imperata cylindrca, Ageratum conyzoides, Eleusine indica, dan Echinochloa crus-galli terhadap hasil per tanaman kultivar padi lahan darat.

Tabel 1. Pengaruh Imperata cylindrca terhadap rata-rata hasil per tanaman kultivar padi (g)

Kultivar

Rata-rata hasil per tanaman (g)

Jambu Putih

7,17 a

Sangkit Merah

6,87 a

Rumbia

5,50 b

Sanuk

7,17 a

Pandan Wangi

5,00 bc

Pora

7,33 a

Serkap Putih

1,57 d

Tiloi

4,93 bc

Pandan Putih

2,53 d

Terang Bulan

4,50

Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak nyata (BNT 0,05)

Tabel 2. Pengaruh Ageratum conyzoides terhadap rata-rata hasil per tanaman kultivar padi (g)

Kultivar

Rata-rata hasil per tanaman (g)

Jambu Putih

3,20 b

Sangkit Merah

2,67 bc

Rumbia

3,20 b

Sanuk

1,80 c

Pandan Wangi

4,90 a

Pora

4,90 a

Serkap Putih

1,63 c

Tiloi

1,97 bc

Pandan Putih

1,73c

Terang Bulan

2,83 bc

Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak nyata (BNT 0,05)

Tabel 3. Pengaruh Eleusine indica terhadap rata-rata hasil per tanaman kultivar padi (g)

Kultivar

Rata-rata hasil per tanaman (g)

Jambu Putih

3,87 def

Sangkit Merah

8,50 c

Rumbia

5,20 de

Sanuk

6,00 cd

Pandan Wangi

16,33 a

Pora

8,83 b

Serkap Putih

1,70 f

Tiloi

2,80 ef

Pandan Putih

3,57 def

Terang Bulan

4,23 de

Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak nyata (BNT 0,05)

Tabel 4 Pengaruh Echinochloa crus-galli terhadap rata-rata hasil per tanaman kultivar padi (g)

Kultivar

Rata-rata hasil per tanaman (g)

Jahri

2,37 ab

Rimba

1,47 c

Terang Bulan

1,70 bc

Sembakung Kuning

1,43 c

Basut

3,10 a

Abang

1,33 c

Lani

1,30 c

Ikal

2,03 bc

Keriting

1,70 bc

Ketan Gunung

1,67 bc

Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak nyata (BNT 0,05)

Percobaan ini telah menghasilkan respon yang sangat variatif. Gangguan gulma pada pertanaman padi lahan darat timbul lebih intensif karena tidak adanya faktor penekanan pertumbuhannya seperti di sawah, yaitu akumulasi air (Utomo dan Mahendra, 1990). Selain itu, sebagaimana dilaporkan oleh Partomihardjo (1990), struktur dan komposisi vegetasi gulma lahan darat lebih kompleks dibandingkan dengan lahan basah. Mukhopadhyay (1982) melaporkan bahwa gulma padi lahan darat kebanyakan tergolong ke dalam golongan gulma rumput ‑ rumputan, termasuk I. cylindrica, E. crus‑galli, dan Eleusine indica serta golongan gulma ber­daun lebar. Dari catatan Okafor dan DeDatta (1974) serta Eussen dan Soerjani (1976), diperoleh informasi bahwa gulma yang dominan pada padi gogo di Indonesia adalah C. rotundus dan Imperata cylindrica (L.) Beauv. Menur­ut catatan Okafor dan DeDatta (1974) mengenai padi yang ditanam sebar langsung, pengurangan hasil karena persaingan dengan gulma mencapai 82 % jika semua spesies dibiarkan bersaing dengan padi, sedangkan rumput ‑ rumputan dan gulma berdaun lebar tahunan dapat mengurangi hasil hingga 70 %, dan C. rotundus dapat mengurangi hasil hingga 41 %. Hal itu terjadi karena gulma berkecambah segera dan tumbuh lebih bervigor daripada padi.

Tiga set percobaan pertama menggunakan serial kultivar yang sama, sementara satu set percobaan ke empat menggunakan satu seri kultivar yang berbeda sama sekali terhadap tiga set percobaan pertama. Untuk tiga set percobaan pertama (Tabel 1, 2, dan 3) nampak bahwa spesies gulma yang paling berat hingga paling ringan pengaruhnya kepada sepuluh kultivar padi adalah A. conyzoides, I. cylindrica dan E. indica. Dibandingkan dengan ke tiga set yang pertama, maka kultivar padi yang dicobakan pada set ke empat menunjukkan hasil paling rendah. Hal ini dapat dimaklumi karena persaingan itu terjadi dengan Echinochloa crus-galli. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk tujuan pengembangan maka apabila dipakai kultivar-kultivar tersebut, perhatian kepada spesies gulma ini harus lebih memadai, agar padi terhindar dari persaingan yang berat, sebagaimana yang disebutkan oleh Okafor dan DeDatta (1974).

Hasil analisis gerombol (cluster analysis) telah menunjukkan ketahanan kultivar-kultivar padi karena persaingan dengan gulma, dari tingkat tahan, hingga rentan. Tabel 5, 6, 7, dan 8, menunjukkan kelompok padi dengan tingkat ketahanan tersebut.

Tabel 5. Pengaruh Imperata cylindrca terhadap Ketahanan kultivar padi

Kultivar

Ketahanan

Jambu Putih

Moderat

Sangkit Merah

Moderat

Rumbia

Moderat

Sanuk

Moderat

Pandan Wangi

Tahan

Pora

Tahan

Serkap Putih

Rentan

Tiloi

Moderat

Pandan Putih

Rentan

Terang Bulan

Rentan

Tabel 6. Pengaruh Ageratum conyzoides Ketahanan kultivar padi

Kultivar

Ketahanan

Jambu Putih

Rentan

Sangkit Merah

Rentan

Rumbia

Rentan

Sanuk

Rentan

Pandan Wangi

Moderat

Pora

Moderat

Serkap Putih

Moderat

Tiloi

Moderat

Pandan Putih

Tahan

Terang Bulan

Tahan

Tabel 7. Pengaruh Eleusine indica Ketahanan kultivar padi

Kultivar

Ketahanan

Jambu Putih

Rentan

Sangkit Merah

Moderat

Rumbia

Moderat

Sanuk

Moderat

Pandan Wangi

Tahan

Pora

Tahan

Serkap Putih

Rentan

Tiloi

Rentan

Pandan Putih

Rentan

Terang Bulan

Rentan

Tabel 8 Pengaruh Echinochloa crus-galli terhadap ketahanan kultivar padi (g)

Kultivar

Ketahanan

Jahri

Agak tahan

Rimba

Agak rentan

Terang Bulan

Kurang rentan

Sembakung Kuning

Agak rentan

Basut

Tahan

Abang

Rentan

Lani

Rentan

Ikal

Agak tahan

Keriting

Kurang rentan

Ketan Gunung

Kurang rentan

Dari tiga set percobaan pertama, kultivar Pora nampaknya memiliki ketahanan bersaing tertinggi. Sementara dari set percobaan ke empat, hanya kultivar Basut yang mendapatkan kategori tahan bersaing. Kategori Moderat dan rentan nampak lebih stabil pada kultivar-kultiivar padi yang bersaing dengan dua gulma rumput-rumputan (I. cylindrica dan E. indica), sedangkan pada persaingan dengan A. conyzoides, kategori moderat dan rentan terjadi pada kultivar-kultivar yang semula pada persaingan dengan rumput-rumputan memiliki kategori rentan dan moderat. Mungkin perbedaan golongan gulma yang bersaing yaitu rumput-rumputan dan berdaun lebar turut menentukan hal ini. Studi lebih lanjut diperlukan untuk penegasan dugaan ini.

IV. Kesimpulan

Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam rangka pengembangan kultivar-kultivar padi ini, persaingan dengan gulma harus dihindarkan.

2. Kultivar Pora dan Basut, merupakan kultivar yang memiliki ketahanan bersaing tertinggi.

3. Terdapat tiga kelompok ketahanan bersaing pada kultivar-kultivar padi yang bersaing dengan I. cylindrica, A. conyzoides, dan E. Indica, dan lima kelompok ketahanan pada kultivar-kultivar padi yang bersaing dengan E. crus-galli.

V. Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Rusdiansyah, yang telah membantu dalam pengadaan benih padi lahan darat lokal Kalimantan Timur, dan Saudara-saudara Suwarno, Dewi Chairiah, D. Novandi, dan Seriminawati, atas bantuannya.

VI. Daftar Pustaka

Abdullah, O. S. 2002. Tanggung jawab sosial masyarakat ilmiah dalam menata lingkungan masa depan. Upaya meniti pembangunan berkelanjutan. Makalah kuliah perdana tgl 23 September 2002. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung. 26 hal.

BAPPEDA BPS Kaltim. 2001. Kalimantan Timur Dalam Angka. 411 hal.

BPS, 1999. Survey Pertanian Produksi Tanaman Padi di Indonesia. Hlm. xxvi – xxxxi.

Utomo, I.H. dan A. Mahendra. 1990. Periode kritis padi gogo terhadap persaingan dengan gulma Borreria alata (AUBL.) DC. Pros. Konf. X HIGI : 176 – 182.

Partomihardjo, T. 1990. Komunitas gulma pada ladang berpindah dan sawah muda di kampung Masa, Kalbar. Pros. X Konf. HIGI. 295 – 305.

Mukopadhyay, S.K. 1982. Weed problem and control of weed in rice in West Bengal. Rice in West Bengal. Vol. 3. Calcutta. Hal 127 – 138.

Okafor, L.I. dan S.K. DeDatta. 1974. Competition between weeds and upland rice in Moonsoon Asia. Phil. Weed Sci. Bull. 1 : 39 – 45.

Eussen, J.H.H., dan M. Soerjani. 1976. Problem and control of alang – alang (Imperata cylindrica (L) Beauv.) in Indonesia. Proc. 5th Aspac Weed Sci. Conf. : 58 – 65.

No comments: